PERKEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Dalam dunia pendidikan terjadi beberapa perkembangan yang disebabkan oleh era globalisasi dan teknologi, banyak sekolah di era sekarang ini yan berbasis teknologi. Jauh-jauh hari anak sudah dikenalkan dengan teknologi. Hal itu untuk mendukung pencetakan generasi muda yang berkualitas. Selain pendidikan formal, kita juga mengenal pedidikan non formal (luar sekolah).
PLS sangatlah penting adanya untuk solusi terhadap anak-anak yang kurang mampu, putus sekolah, ataupun yang harus bekerja membantu orang tuanya. Sedangkan PLS ditopang oleh 3 faktor :
- Pertama, para praktisi di masyarakat
Penyelenggaraan pendidikan di masyarakat yang dilakukan oleh para praktisi di dorong oleh hasrat dan rasa pengabdian mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan bangsa terhadap pendidikan. Para praktisi dalam masyarakat adalah para pemuda terdidik, pemuka masyarakat, pemimpin organisasi, guru-guru sekolah dan tenaga sukarela lainnya.
Program PLS yang dilakukan oleh para praktisi ini sering dikaitkan dengan gerakan pembangunan masyarakat. Program pendidikan ini bermacam ragam jenisnya, antara lain : pendidikan orang dewasa, pemberantasan buta huruf fungsional, pendidikan perluasan, latihan keterampilan pertanian, latihan kader koprasi, pendidikan kependudukan, keluarga berencana, pendidikan gizi keluarga, latihan keterampilan produktif, pendidikan kewanitaan, kerumah tanggaan, pendidikan dan latihan kepemudaan, organisasi pemuda, dan latihan kader pembangunan masyarakat.
Program kemasyarakatan ini lebih mengutamakan kepentingan praktisi yaitu untuk memenuhi kebutuhan belajar atau kebutuhan kependidikan yang dirasakan oleh masyarakat yang sedang membangun.
Pendekatan yang dilakukan oleh para praktisi didasarkan atas suatu pandangan bahwa pendidikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu merupakan bagian penting dan sebagai pendekatan dasar dalam pembangunan, PLS mempunyai fungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia yang jadi pelaku utama dalam berbagai sektor pembangunan.
PLS mempunyai peranan untuk membantu sekolah dan masyarakat dalam upaya pemecahan masalah, PLS adalah sebagai pelngkap, penambah, dan pengganti pendidikan sekolah.
- Sebagai pelengkap pendidikan sekolah
Pelengkap (complementary education), PLS dapat menyajikan beberapa mata pelajaran atau kegiatan pelajar yang belum termuat dalam kurikulum pendidikan sekolah, sedangkan materi pelajaran atau kegiatan tersebut sangat dibutuhkan oleh peserta didik dan masyarakat yang menjadi layanan sekolah.
- PLS sebagai penambah pendidikan sekolah
Penambah (suplementary education), PLS dapat memberi kesempatan tambahan, pengalaman belajar dalam mata peljaran yang sama yang ditempuh sekolah kepada mereka yang masih bersekolah atau mereka yang telah menamatkan jenjang pendidikan sekolah.
- Sebagai pengganti pendidikan sekolah
Pengganti (substitute education), PLS dapat menggantikan fungsi sekolah di daerah-daerah yang karena berbagai alasan, penduduknya belum terjangkau oleh pendiidkan sekolah.
- Kedua, berkembangnya kritik terhadap pendidikan sekolah
Faktor kedua yang mendorong perkembangan pendidikan luar sekolah adalah munculnya berbagai kritik terhadap kelemahan pendidikan sekolah serta akibat lain yang ditimbulkan oleh jalur pendiidkan itu. Kritik terhadap pendidikan sekolah ini mulai berkembang dalam dunia pendidikan pada tahun 60 an.
Contoh penyebab kelmahan pendidikan sekolah ada 4 yaitu :
- Sebagai akibat pertambahan penduduk yang semakinpesat, maka keinginan masyarakat untuk memperoleh pendidikan semakin meningkat sehingga beban yang dipikul oleh pendidikan sekolah semakin berat.
- Sumber-sumber yang digunakan untuk pendidikan kurang memadai sehingga pendidikan sekolah mengalami hambatan untuk merespon secara tepat terhadap kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
- Kelambatan sistem pendidikan sekolah untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di luar pendidikan.
- Kelambanan masyarakat itu sendiri dalam memanfaatkan lembaga dan lulusan pendidikan sekolah sehingga jurang perbedaan antara jumlah dan kemampuan para lulusan dengan lapangan kerja semakin melebar.
Pada umumnya sejumlah praktisi dan pakar pendidikan melontarkan kritk terhadap pendiidkan sekolah setelah menganalisisnya dari berbagai segi.
Pakar pendidikan yaitu Bruner (1966) mengemukakan asumsinya bahwa proses pembelajaran pengetahuan (kognitif learning) akan berjalan dan berhasil dengan baik apabila di dasarkan atas tiga hal :
- Adanya dorongan yang tumbuh dari dalam peserta didik.
- Adanya kebebasan peserta didik untuk memilih dan bebuat dalam kegiatan belajar.
- Peserta didik tidak merasa terikat oleh pengaruh ganjaran dan hukuman yang datang dari luar dirinya yaitu guru.
Gejala-gejala yang menunjukan adanya krisis pendidikan sekolah adalah :
- Ketidakcocokan antara kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan nyata peserta didik.
- Ketidaksesuaian antara pendidikan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat.
- Ketidak seimbangan yang terus menerus anatra pendidikan dan dunia kerja.
- Ketidakmapanan lembaga pendidikan sekolah untuk mmeberi kesempatan pemerataan pendidikan bagi segi semua kelompok di masyarakat.
- Meningkatkan biaya penyelenggaraan pendidikan yang tidak diimbangi oleh kemampuan negara terutama negara berkembang untuk membiayainya.
- Ketiga, para perencana pendidikan untuk pembangunan
Upaya para perencana tersebut telah dimulai sejak tahun 60 an bersamaan dengan munculnya berbagai kritik terhadap kelemahan-kelemahan yang di derita oleh pendidikan sekolah.
Para perenacana pendidikan untuk pembangunan sangat dipengaruhi oleh sejumlah laporan penelitina dan karya ilmiah lainnya yang dihasilkan oleh berbagai lembaga atau badan-badan internasional.
- Masalah pendidikan di negara yang sedang berkembang .Commbes (1963) dalam konferensi internasional menulis sebuah laporan dengan judul “The world education a system analysis”yang artinya membahas permasalahan pendidikan sekolah yang dihadapi oleh negara berkembang. Masalah yang dihadapi oleh negara berkembang anatra lain adalah banyaknya jumlah penduduk sehingga memunculkan 5 masalah pendidikan :
- Anak usia pra sekolah yang banyak jumlahnya.
- Banyaknya usia anak sekolah dasar yang tidak tertampung oleh lembaga pendidikan sekolah yang ada.
- Besarnya jumlah orang dewasa yang tidak mempunyai kesempatan mengikuti pendidikan sekolah.
- Banyaknya anak putus sekolah.
Besarnya jumlah lulusan suatu jenjang pendidikan sekolah ynag tidak menlanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
TUJUAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Tujuan dan Fungsi Pendidikan Luar Sekolah,Menurut Marzuki (2010), tujuan pendidikan luar sekolah adalah supaya individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan alamnya dapat seca
CIRI-CIRI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Pendidikan luar sekolah lebih kepada praktisi agar warga belajar mampu menerapkan dalam pekerjaannya, tidak memandang usia, tidak di bagi atas jenjang, waktu penyampaian yang singkat ka
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan di luar sistem formal, tidak terikat jenjang dan struktur persekolahan dengan memberikan layanan kepada sasaran di
SATUAN DAN PROGRAM PLS
Kemajuan bidang PLS di Indonesia salah satunya ditandai oleh tercantumnya satuan dan program PLS di dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003. Di pasal 26 ayat 4 undang-undang tersebut disebu
TIPE PLS
Boyle (1981) membedakan program PLS dari segi perencanaannya kedalam tiga tipe, yaitu (a) developmental, (b) institutional, dan (c) informational. Program devel
WARGA BELAJAR DI PLS
Untuk menjadi peserta didik PLS pada dasarnya tidak ada persyaratan yang ketat. Siapa pun yang sadar bahwa dirinya butuh belajar tentang sesuatu hal agar dapat melaksanakan tugasny
PRINSIP PLS
Prinsip dasar pertama kegiatan PLS adalah Lifelong Learning (belajar sepanjang hayat). Prinsip ini sebetulnya merupakan pokok pikiran yang sesuai dengan hakikat, realitas, dan
RUANG LINGKUP PLS
Untuk mengetahui ruang lingkup PLS perlu dilihat terlebih dahulu ruang lingkup pendidikan. Bapak pendidikan nasional yaitu Ki Hajar Dewantoro, dalam andil perjuangannya untuk kemerdekaa
PKBM TERDEKAT
Bagi Warga Negara Indonesia yang karena sesuatu hal harus berhenti melanjutkan pendidikan pada tingkat dasar, dan belum/tidak tertampung di sekolah-sekolah formal karena faktor usia ata
KOMPONEN PKBM
Menurut Departemen Pendidikan Nasional, Komponen PKBM terdiri dari: a. Komunitas binaan Setiap PKBM memiliki komunitas yang menjadi tujuan atau sasaran pengembangannya. Komuni