• PKBM NGUDI MAKMUR
  • Bersama Kita Bisa....

PENDIDIKAN KARAKTER DI PKBM

  1. Pendahuluan


Pendidikan adalah sebuah aktivitas manusia yang memiliki maksud mengembangkan individu sepenuhnya.  Islam merupakan agama yang sangat menekankan pendidikan bagi manusia. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa usia pendidikan adalah setua usia umat manusia. Pendidikan dari jaman dahulu hingga sekarang tidak berubah, yang berubah adalah teknik, teknologi, metode, dan medianya. Hal itu senada dengan perubahan kurikulum yang dilakukan pemerintah di tahun 2013 ini.

Kurikulum 2013 akan lebih menekankan pada model pembelajaran tematik yang berbasis pada pendidikan karakter yang diharapkan dapat mengembangkan tiga kompetensi penting, yakni kognisi, afeksi, dan psikomotor. Model pembelajaran seperti itu diharapkan  dapat  memberikan ruang gerak bagi siswa untuk mengembangkan potensinya (student centered active learning). Selain itu, juga untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pendidiknya, tenaga kependidikan, pengelolaan kurikulum, kompetensi lulusan, materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian, dan sebagainya

Fauzil Adhim mengatakan orang cerdas kerapkali hanya menjadi pelayan bagi mereka yang memiliki gagasan. Dan orang yang memiliki gagasan besar melayani mereka yang memiliki karakter kuat, sementara orang yang memiliki karakter kuat melayani mereka yang berhimpun pada dirinya karakter yang sangat kuat, visi yang besar, gagasan-gagasan yang cemerlang dan pijakan ideologi yang kokoh.

Kemudian ditambahkan dari Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, perlunya pengembangan karakter yaitu untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, pendidikan karakter sangat diperlukan untuk mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

  1. Nilai-Nilai penting Dalam Pendidikan Berbasis karakter

Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Keluarga menjadi lembaga pertama dan utama bagi pembentukan nilai-nilai dan karakter manusia (habitual formation), pemerintah dengan fasilitas sekolah meneruskan nilai-nilai dan karakter yang dibangun di lingkungan keluarga sebagai pendidikan kedua, dan dilanjutkan dengan kehidupan di masyarakat yang juga bertanggungjawab terhadap moral anak.

Peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan yang dilakukan saat ini tidak hanya mengenai mutu pendidikan di bidang pengetahuan, tetapi penanaman moral dan karakter yang baik peserta didiknya.

Agar implementasi pendidikan karakter bisa efektif dan efisien, solusi yang tepat adalah dengan melaksanakan manajemen pendidikan karakter yang efektif dan efisien di sekolah. Melalui manajemen pendidikan karakter yang efektif dan terjalin kerjasama yang sinergis antara pemerintah, pengelola sekolah, komite sekolah, masyarakat dan orang tua peserta didik, maka pendidikan karakter dapat dilakukan melalui manajemen berbasis sekolah dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengoptimalkan peran serta masyarakat.

  1. Sejarah Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pertama kali dicetuskan oleh pedagog Jerman F.W. Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam proses pembentukan pribadi.

Tujuan pendidikan karakter yang dicetuskan Foerster adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan prilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang individu. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.

Kemudian, sejak tahun 1990-an, terminologi pendidikan karakter mulai ramai dibicarakan. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya melalui karyanya yang sangat memukau, The Return of Character Education sebuah buku yang menyadarkan dunia Barat secara khusus dimana tempat Lickona hidup, dan seluruh dunia pendidikan secara umum, bahwa pendikan karakter adalah sebuah keharusan untuk memperbaiki karakter generasi muda.

Para tokoh besar di Indonesia juga memberikan sumbangannya terhadap pendidikan karakter seperti Ki Hajar Dewantara dengan semangat “Ingarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” juga beberapa tokoh lainnya seperti RA. Kartini, Soekarno, Hatta, dan sebagainya yang bertujuan membentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasi yang mereka alami.

Pendidikan karakter adalah segala usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi karakter peserta didik. Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat atau berwatak. Pendidikan berbasis karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen tersebut dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan perbuatan kebaikan.

Pendidikan karakter tingkat dasar haruslah menitikberatkan pada sikap maupun ketrampilan dibandingkan pada ilmu pengetahuan lain. Dengan pendidikan dasar inilah seseorang diharapkan akan menjadi lebih baik dalam menjalankan hidup hingga ke tahapan pendidikan selanjutnya.

Beberapa Nilai Yang penting Dalam Membentuk pendidikan Berbasis Karakter

Banyak  nilai  yang  dapat menjadi  perilaku/karakter  dari  berbagai pihak. Adapun nilai-nilai yang diidentifikasi dalam kehidupan  saat  ini  di antaranya:

  1. Nilai yang terkait dengan diri  sendiri:  jujur, kerja keras,  tegas,  sabar, ulet, ceria, teguh, mandiri, tanggung jawab, dan lain sebagainya.
  2. Nilai yang  terkait  dengan  orang/makhluk  lain:  toleransi,  pemurah, komunikatif, kerjasama, peduli, adil, dan lain sebagainya.
  3. Nilai yang  terkait  dengan  ketuhanan:  ikhlas,  iman,  ihsan,  taqwa,  dan lain sebagainya.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER

NO

NILAI

DESKRIPSI

1.

Religius

Dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2.

Jujur

Perilaku yang didasarkan pada uipaya menjadikandirinya  sebagai  orang  yang  selalu  dapat  dipercaya  dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3.

Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,  etnis,  pendapat,  sikap,  dan  tindakan  orang  lain yang berbeda dari dirinya.

4.

Disiplin

Tindakan  yang menunjukkan  perilaku  tertib  dan  patuh pada berbagai peraturan dan ketentuan.

5.

Kerja Keras

Perilaku  yang  menunjukkan  upaya  sungguh-sungguh dalam mengatasi  berbagai  hambatan  belajar  dan  tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6.

Kreatif

Berpikir  dan  melakukan  sesuatu  untuk  menghasilkcara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7.

Mandiri

Sikap  dan  perilaku  yang  tidak mudah  tergantung  pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8.

Demokratis

Cara  berfikir,  bersikap,  dan  bertindak  yang  menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9.

Rasa ingin tahu

Sikap  dan  tindakan  yang  selalu  berupaya  untuk mengetahui  lebih  mendalam  dan  meluas  dari  sesuatu

yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10.

Semangat kebangsaan

Cara  berpikir,  bertindak,  dan  berwawasan  yang menempatkan  kepentingan  bangsa  dan  negara  di  atas

diri dan kelompoknya.

11.

Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,  kepedulian,  dan  penghargaan  yang  tinggi terhadap  bahasa,  lingkungan  fisik,  sosial,  budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12.

Menghargai Prestasi

Sikap  dan  tindakan  yang  mendorong  dirinya  untuk menghasilkan  sesuatu  yang  berguna  bagi  masyarakat, dan  mengakui,  serta  menghormati  keberhasilan  orang lain.

13.

Bersahabat /

’komunikatif

Tindakan  yang memperlihatkan  rasa  senang  berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain

14.

Cinta Damai

Sikap,  perkataan,  dan  tindakan  yang  menyebabkan orang  lain  merasa  senang  dan  aman  atas  kehadiran dirinya

15.

Gemar Membaca

Kebiasaan  menyediakan  waktu  untuk membacaberbagai  bacaan  yang  memberikan  kebajikan  bagidirinya.

16.

Peduli Lingkungan

Sikap  dan  tindakan  yang  selalu  berupaya  mencegah kerusakan  pada  lingkungan  alam  di  sekitarnya,  dan mengembagkan  upaya-upaya  untuk  memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17.

Peduli Sosial

Sikap dan  tindakan yang selalu  ingin memberi bantuanpada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18.

Tanggungjawab

Sikap dan oerilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan  kewajibannya,  yang  seharusnya  dia  lakukan, terhadap  diri  sendiri,  masyarakat,  lingkungan  (alam, sosial, budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

 

Pendekatan Pendidikan Karakter

Implementasi  pendidikan  karakter  di  sekolah  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan  berbagai  pendekatan.  Merujuk  pada  hasil penelitian Superka, yang dikutip oleh Masnur Muslih disebutkan  ada lima pendekatan pendidikan karakter, yaitu:

  1. Pendekatan peanaman nilai

PKBM  ini menempati peran strategis bagi pendidikan dan pengajaran generasi muda dalam mempersiapkan diri untuk menjalankan peran penting mereka bagi masyarakat di kemudian hari.  Pendekatan  ini  merupakan  pendekatan  tradisional  yang mana menurut pendekatan ini metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran antara lain keteladanan, penguatan positif dan negatif,  simulasi, permainan peranan, dan  lain-lain. Secara umum pendekatan  ini  telah  digunakan  terutama  dalam  penanaman  nilai-nilai budaya dan agama.

  1. Pendekatan perkembangan kognitif

Disebut  pendekatan  kognitif  karena  pendekatan  ini menekankan  pada  aspek  kognitif,  yakni  mendorong  siswa  untuk berfikir  aktif  tentang  masalah-masalah  moral.    Ada  dua  tujuan utama  dalam  pendekatan  ini  yaitu:  Pertama,  membantu  Warga Belajar dalam  membuat  pertimbangan  moral  yang  lebih  kompleks berdasarkan  kepada  nilai  yang  lebih  tinggi.  Kedua,  mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasan ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral.

  1. Pendekatan analisis nilai

Pendekatan  analisis  nilai  memberikan  penekanan  pada perkembangan kemampuan siswa untuk berfikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai  sosial. Di samping itu pendekatan ini juga menekankan pada siswa untuk selalu  berfikir  rasional  dan  analitik  dalam  menghubungkan  danmerumuskan  konsep  tentang  nilai-nilai  mereka.  Metode  yang digunakan  biasanya  berupa  tugas  individu  atau  kelompok  untuk mengadakan penyelidikan kepustakaan atau  lapangan, dan diskusi kelas.

  1. Pendekatan klarifikasi nilai

Pendekatan  klarifikasi  nilai  mengajak  para  siswa  untuk mengkaji perasaan dan perbuatannya  sendiri, untuk meningkatkan kesadaran  tentang  nilai-nilai  mereka  sendiri.  Disini  guru  hanya berperan sebagai role model dan pendorong, bukan pengajar.

  1. Pendekatan pembelajaran berbuat

Pendekatan ini menggunakan model-model dari pendekatan nilai  dan  klarifikasi  nilai  karena  pendekatan  ini  bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral,  baik  secara  perseorangan  maupun  secara  bersama-sama, berdasarkan    nilai  mereka  sendiri.  Dan  juga  mendorong  siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk  individu dan makhluk sosial  dalam  pergaulan  sesama  yang  tidak  memiliki  kebebasan sepenuhnya.

Adapun Darmiyati  Zuchdi  sendiri  telah memberikan  beberapa strategi  yang  dapat  digunakan  dalam  mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah secara efektif dan efisien yaitu:

  1. Tujuan, sasaran,  dan  target  yang  akan  dicapai  harus  jelas  dan konkret.
  2. Ada kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa.
  3. Menyadarkan pada  semua  guru  akan  peran  yang  penting  dan bertanggung  jawab  dalam  keberhasilan  melaksanakan  dan mencapai tujuan pendidikan karakter.
  4. Kesadaran guru akan perlunya “hidden curriculum”.

Dalam  pelaksanaan  program  pendidikan  karakter  agar  dapat berjalan  secara  efektif dan  efisien,  dikemukakan  ada  sebelas  prinsip

  1. Kembangkan nilai-nilai  etika  inti  dan  nilai-nilai  kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik;
  2. Definisikan „karakter‟  secara  komprehensif  yang  mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku;
  3. Gunakan pendekatan  yang  komprehensif,  disengaja,  dan  proaktif dalam pengembangan karakter;
  4. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian;
  5. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral;
  6. Buat  kurikulum  akademik  yang  bermakana  dan menantang  yang menghormati  semua  peserta  didik, mengembangkan  karakter  dan membantu siswa untuk berhasil;
  7. Usahakan mendorong motivasi diri siswa;
  8. Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral;
  9. Tumbuhkan kebersamaan  dalam  kepemimpinan  moral  dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter;
  10. Libatkan keluarga  dan  anggota  masyarakat  sebagai  mitra  dalam upaya pembangunan karakter;
  11. Evaluasi karakter  sekolah,  fungsi  staf  sekolah  sebagai  pendidik karakter,  dan  sejauh mana  siswa memanifestasikan  karakter  yang baik.

Nilai-nilai idealdalam pendidikan karakter sebagai sumber nilai, seperti agama, budaya dan gagasansosial politik Pancasila,yang paling banyakberperan adalah nilaiajaran agama.

Pendidikan karakter Indonesia memandang nilai sebagai sumber sekaligus isi pendidikan adalahsesuatu yang ideal, penting, dan harusdikembangkan pada diri peserta didik melaluiproses intervensi dan habituasi. Gagasan demikianlebih mencerminkan paham absolutemoraldaripada relativismmoral. Nilai ideal sebagaisumber pendidikan karakter Indonesia sendirimencakup nilai-nilai agama, budaya dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Pendidikan  karakter  Indonesia memandang nilai sebagai sumber sekaligusisi pendidikan  adalah  sesuatu  yang  ideal,penting, dan harus dikembangkan pada diripeserta didik melalui proses intervensi danhabituasi.  Gagasan  demikian  lebihmencerminkan  paham absolute moraldaripada relativismmoral.

Nilai ideal sebagaisumber  pendidikan  karakter  Indonesiasendiri mencakup nilai-nilai agama, budayadan  ni lai-ni lai  yang  terkandung  dalamPancasila.  Dari  ketiga  sumber  tersebutberhasil diidentifikasi  sejumlah nilai  yangdianggap layak untuk disajikan pada peserta didik. Di sisi lain gagasan tentang pluralitasmoral—bukan relativism moral—tetapdiberikan dimana para pelaku pendidikankarakter dapat mengurangi atau menambahnilai yang sejalan dengan masyarakatnya.

Nilai-nilai   ideal   dalam  pendidikan karakter sebagai sumber nilai, seprti agama, budaya dan gagasan sosial politik Pancasila, yang paling banyak berperan  adalah nilai ajaran agama. Ajaran agama menjadi nilai yang paling berharga dalam diri seseorang, sebab  ajaran  agama  tidak  hanya membicarakan persoalan-persoalan diri di masakini  tetapi mampu memberikan keyakinanuntuk di masa depan.

Dengan ini, nilai agama memberi  keberuntungan bagi pendidikan karakter khususnya berbasis  religius. Akan tetapi, nilai budaya dan gagasan sosial politik Pancasi la  juga memi liki  peran  pentingdengan suatu upaya gigih me-masukkannyasebagai  isi  pendidikan  karakter.  Seperti halnya nilai tradisi, biasanya dipegang teguh oleh para pewaris  kebudayaan.  Kesemua nilai ideal yang terkandung dalam pendidikan karakter harus ada upaya keras dari parapenggagasnya  supaya  dapat mencapaitujuan bersama, yaitu membangun bangsayang benar-benar berkarakter.

Upaya pelaksanaan Pendidikan Karakter yang menjadi   bagian  kebijakan  duniapendidikan  nasional   dewasa  ini   padaakhirnya membutuhkan kerja keras semuapihak agar ia tidak melenceng dari niat dantujuannya  semula.  Karena  kita  semuamenginginkan  sebuah  bangsa  yangberkarakter, dan  itu semua dapat bermula dari  keseriusan  pelaksanaan  rancangan pendidikan karakter ini.

Keberhasilan madrasah dalam menyiapkan anak didik menghadapi  tantangan masa depan yang lebih kompleks, seperti:  menghasilkan lulusan yang akan menjadi pemimpin umat, pemimpin masyarakat, dan pemimpin bangsa yang ikut menentukan arah perkembangan bangsa ini, ditentukan oleh kesiapan para pengelolanya.

Sebaliknya, kegagalan madrasah dalam menyiapkan anak didik menghadapi tantangan masa depan akan menghasilkan lulusan-lulusan yang frustrasi, tersisih, dan menjadi beban masyarakat. Artinya, di tengah gempuran badai globalisasi yang menawarkan persaingan, diperlukan pengelola madrasah yang mampu menjalankan sistem manajemen yang relevan dengan kondisi zaman.       

Dalam kaitannya dengan era globalisasi dan perdagangan  bebas yang penuh dengan persaingan, seperti dijelaskan di atas, madrasah harus mampu menyiapkan anak didiknya untuk siap bersaing di bidang apa saja yang mereka masuki.  Ini dimaksudkan agar lulusan madrasah tidak akan  terpinggirkan oleh lulusan sekolah  umum dalam memperebutkan tempat dan peran dalam gerakan pembangunan bangsa.  

  1. Manajemen Pendidikan Berbasis karakter

Manajemen  dalam  pendidikan  Islam  sangatlah  penting. Karena  ia  sebagai  pendukung  utama  majunya  pendidikan.  Dalam proses pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai  tujuan pendidikan. Kurikulum yang  terarah dan  sesuai merupakan pedoman untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang diharapkan. Mengingat bahwa  kurikulum  menjadi  pedoman  penting  untuk mencapai  tujuan pendidikan, maka kurikulum hendaknya bersifat lebih adaptif terhadap perkembangan  zaman.

Oleh  karena  itu,  dalam  jangka waktu  tertentu kurikulum  perlu  adanya  pengembangan  sesuai  dengan  perubahan zaman dan perkembangan  pendidikan  secara global. Kurikulum  juga tidak  dipahami  sebatas  apa  yang  telah  tercantum  dalam  bahan  atau materi  pelajaran  namun,  perlu  adanya  pengembangan  pemahaman secara  lebih  luas.  Dalam  kurikulum  dapat  berubah  atau  mengalami penyempurnaan  sesuai  dengan  perkembangan  dan  tuntutan  zaman, sesuai dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.Kurikulum  merupakan  salah  satu  substansi  manajemen madrasah yang sangat vital, oleh karenanya kurikulum perlu dikelola dengan baik. Kurikulum memegang kunci pendidikan, sebab berkaitan dengan  penentuan  arah,  isi  serta  proses  pendidikan  yang  akhirnya menentukan  macam,  kualifikasi  lulusan  suatu  lembaga  pendidikan.

Kurikulum merupakan  seperangkat  rencana  dan  peraturan mengenai  tujuan,  isi  dan  bahan  pelajaran  serta  cara  yang  digunakan  sebagai pedoman  tertentu.  Kurikulum  ini  mencakup  seluruh  aspek pembelajaran yang  langsung karena pada dasarnya kurikulum di buat sebelum pembelajaran.

Kurikulum  mata  pelajaran  Agama  berbasis  karakter  mempunyai  fungsi  yang  berkaitan  dengan  lembaga  pendidikan, peserta didik maupun orang tua peserta didik. Fungsi kurikulum mata pelajaran Agama berbasis karakter dalam mencapai tujuan pendidikan, madrasah  pasti  ada  tujuan  yang  hendak  dicapai,  maka  kurikulum berfungsi  sebagai alat atau usaha mencapai  tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh madrasah tertentu, jadi fungsi kurikulum sebagai jembatan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kaitannya dengan Kurikulum mata pelajaran Agama berbasis  karakter  sebagai  input  pendidikan  yang  diberlakukan  bagi  peserta didik  harus  mampu  meng-cover  masa  yang  berkaitan  dengan kehidupan  peserta  didik  itu  sendiri,  baik  kaitannya  dengan  posisi sebagai makhluk individu maupun sosial.

Dan supaya kurikulum ini dapat berjalan dengan baik maka di  butuhkan  manajemen  untuk  mengembangkannya,  manajemen  atau pengelolaan  merupakan  komponen  yang  integral  dan  tidak  dapat dipisahkan  dari  proses  pendidikan  secara  keseluruhan.  Alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan efisien.

Kegiatan-kegiatan  fungsional  manajemen  meliputi  perencanaan  (planing),  pengorganisasian  (organizing),  penggerakan (actuating),  pengawasan  (controlling)  dan  penilaian  (evaluating).

Manajemen  kurikulum merupakan  substansi manajemen  yang  utama  di madrasah, prinsip dasar manajemen ini adalah berusaha agar proses pembelajaran  dapat  berjalan  dengan  baik  dengan  tolok  ukur pencapaian  tujuan  oleh  siswa  dan mendorong  guru  untuk menyusun dan terus-menerus menyempurnakan strategi pembelajaran.

Kurikulum  dan  program  pengajaran  merupakan  salah  satu  komponen madrasah yang harus dikelola dengan baik oleh manajemen madrasah.  Menurut  E.  Mulyasa  dalam  buku  Manajemen  Berbasis Madrasah:  Konsep,  Strategi,  dan  Implementasi,  bahwa  komponen-komponen  madrasah  ada  7,  yaitu  (1).  Kurikulum  dan  program pengajaran,  (2).  Tenaga  kependidikan,  (3).  Ke  peserta  didik,  (4). Keuangan,  (5).  Sarana  dan  prasarana  pendidikan,  (6).  Pengelolaan hubungan madrasah dan masyarakat, dan  (7). Manajemen   pelayanan khusus lembaga pendidikan.

Disamping itu kurikulum juga berfungsi untuk menjabarkan idealisme, cita-cita pendidikan ke dalam  langkah-langkah  nyata  yang  akan  menjadi  pedoman  untuk  melaksanakan proses  pendidikan  dan  pengajaran.  Jika  demikian,  maka  kurikulum memiliki  kedudukan  yang  sangat  strategis  karena  menghubungkan idealisme pendidikan di  satu  sisi dan praktek pendidikan disisi  lain.

Kurikulum  sebagai  input  pendidikan  yang  diberlakukan  bagi  peserta didik  harus  mampu  meng-cover  masa  yang  berkaitan  dengan kehidupan  peserta  didik  itu  sendiri,  baik  kaitannya  dengan  posisi sebagai makhluk individu maupun sosial. Konsep manajemen  kurikulum mata  pelajaran Agama  dalam mengembangkan  budaya  Islam  di  madrasah  secara  khusus  penting dalam pendidikan, karena bertolak dari  sebuah konsep  lembaga yang baik  dengan  kepemimpinan  yang  baik,  harus  diikat  pula  oleh  nilai-nilai  yang  diyakini  oleh  manajer  dan  bawahannya.

Salah  satu kebenaran yang  jelas  (truisme) dalam dunia manajemen  ialah, bahwa setiap  organisasi  mempunyai  karakteristik  atau  jati  diri  yang  khas. Artinya  setiap  lembaga  pendidikan  mempunyai  keunggulan  sendiri yang  membedakannya  dari  lembaga-lembaga  lain.

Tentunya keunggulan  yang  khas  itu  tidak  serta-merta  terbentuk  begitu  suatu lembaga  didirikan.  Diperlukan  proses  yang  panjang  untuk menumbuhkannya,  dan  disinilah  peran  manajemen  mata  pelajaran Agama,  dimana  budaya madrasah  dibentuk  dan  dikembangkan  tidak lain dengan melalui berbagai proses manajemen.

Zamroni  menjelaskan  bahwa  budaya  madrasah  bersifat dinamis, milik kolektif, merupakan hasil perjalanan sejarah madrasah, dan  produk  dari  interaksi  berbagai  kekuatan  yang  masuk  ke madrasah.

Dengan  demikian  kita  memahami  bahwa  di  dalam lingkungan  madrasah  terdapat  aneka  budaya  madrasah  dengan  sifat positif  maupun  negatif  yang  dapat  terbentuk  dalam  kurun  waktu tertentu sebagai hasil dari  interaksi komponen yang ada di dalamnya.

Kultur  madrasah  dapat  dideskripsikan  sebagai  karakteristik  khas madrasah yang dapat diidentifikasi melalui nilai yang dianutnya, sikap yang  dimilikinya,  kebiasaan-kebiasaan  yang  ditampilkannya,  dan tindakan  yang  ditunjukkan  oleh  seluruh  personel madrasah  sehingga membentuk  satu  kesatuan  khusus  dari  sistem madrasah.

Pada  latar madrasah  Islam,  norma-norma  agama  senantiasa  dijadikan  sumber pegangan yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan, keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga madrasah.

Budaya  adalah  segala  nilai,  pemikiran,  serta  simbol  yang mempengaruhi  perilaku,  sikap,  kepercayaan,  serta  kebiasaan seseorang  dalam  suatu  lembaga.  Pola  pembiasaan  dalam  sebuah budaya  sebagai  sebuah nilai yang diakuinya bisa membentuk  sebuah pola  prilaku.  Ketika  suatu  praktek  sudah  terbiasa  dilakukan,  berkat pembiasaan  ini maka  akan menjadi  habit  bagi  yang  melakukannya, kemudian  pada  waktunya  akan  menjadi  tradisi  yang  sulit  untuk ditinggalkan. Hal  seperti  ini berlaku untuk  semua hal, meliputi nilai-nilai yang buruk maupun yang baik.

Manajemen kurikulum merupakan substansi manajemen yang utama di madrasah, prinsip dasar manajemen ini adalah berusaha agar proses  pembelajaran  dapat  berjalan  dengan  baik  dengan  tolok  ukurpencapaian  tujuan  oleh  siswa  dan mendorong  guru  untuk menyusun dan terus-menerus menyempurnakan strategi pembelajaran.

Manajemen atau administrasi program pengajaran adalah keseluruhan proses  penyelenggaraan  kegiatan  di  bidang  pengajaran  yang  bertujuan  agar seluruh  kegiatan  pengajaran  terlaksana  secara  efektif  dan    efisisen.

Pelaksanaan  program  pendidikan  karakter  di  dalam  lembaga  pendidikan formal  khususnya  telah  dipercayakan  dapat menjadi  pemeran  utama  dalam agen  perubahan  karakter  anak  bangsa melalui manajemen  pendidikan  yang ada di lembaganya masing-masing. 

  1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010 yang diterbitkan oleh Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional yaitu merupakan pendidikan yang erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus di praktekkan atau dilakukan.

Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan  dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Sedangkan menurut Dharma Kesuma, dkk bahwa pendidikan karakter adalah pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan prilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.

Menurut Agus Wibowo, pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan, dan mempraktikkan  dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai masyarakat, dan warga negara.

Menurut Darmiyati Zuhdi, pendidikan karakter yaitu pendidikan yang mengajarkan cara berpikir, bersikap, bertindak yang menjadi ciri khas seseorang yang menjadi kebiasaan yang ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Mukhlas Samani dan Hariyanto, pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh terhadap karakter siswa yang diajarnya.

Menurut penulis yang diilhami dari proses pembelajaran input memory tentang makna pendidikan akhirnya didapat sebuah pengertian tentang pendidikan karakter yaitu kegiatan atau usaha, sistematis dan berkesinambungan untuk mengembangkan potensi manusia, memberikan kecakapan, sikap yang sesuai dengan tujuan pendidikan karakter sedangkan potensi sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan atau fitrah yang dibawa manusia seperti kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, agamanya, masyarakat, bangsa dan negara yang mempunyai kemungkinan untuk menjadi kemampuan nyata.

  1. Tujuan Pendidikan Karakter

Socrates berpendapat bahwa tujuan paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah Muhammad saw, juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character). Kemudian Lickona dan tokoh lainnya seperti menyuarakan kembali gaung yang disuarakan Socrates dan Muhammad saw, bahwa moral, akhlak, atau karakter adalah tujuan yang tidak bisa dihindarkan  dari dunia pendidikan, begitu juga dengan Marthin Lither King yang mengatakan kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang  benar dalam pendidikan.

Pakar pendidikan Indonesia, Fuad Hasan, juga ingin menyampaikan hal yang sama dengan tokoh pendidikan tersebut. Menurutnya, pendidikan bermuara pada pengalihan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial. Sementara Mardiatmaja menyebut pendidikan karakter sebagai ruh pendidikan dalam memanusiakan manusia.  Pendidikan karakter juga merupakan kewajiban keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk mempersiapkan generasi yang tangguh.

Pemaparan pandangan tokoh-tokoh diatas  menunjukkan bahwa pendidikan sebagai nilai universal kehidupan memiliki tujuan pokok yang disepakai di setiap zaman, pada setiap kawasan, dan dalam semua pemikiran. Dengan bahasa sederhana, tujuan yang disepakati itu adalah merubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahuan sikap dan keterampilan.

  1. Komponen Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan karakter Lickona menekankan tiga komponen karakter yang baik yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan bermoral).

1. Moral knowing (pengetahuan tentang moral)

William Killpatrick menyebutkan salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) adalah karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan (moral doing). Berangkat dari pemikiran itu maka kesuksesan pendidikan karakter sangat tergantung pada ada tidaknya knowing, loving, dan  doing atau acting dalam penyelenggaraan pendidikan karakter. [53]

2. Moral feeling (perasaan tentang moral)

Seorang yang mempunyai kemampuan kognitif yang baik, tidak saja menguasai bidangnya, tetapi memiliki dimensi rohani yang kuat. Keputusan-keputusannya menunjukkan warna kemahiran seorang professional yang didasarkan pada sikap moral atau akhlak yang luhur. 

Moral loving atau moral feeling merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan  dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri. [55]

3. Moral action (perbuatan bermoral)

Fitrah manusia sejak kelahirannya yaitu kebutuhan dirinya kepada orang lain. Kita tak akan berkembang dan survive  tanpa ada kehadiran orang lain. Seseorang tidak mungkin berkembang dan mempunyai kualitas unggul kecuali dengan kebersamaan. Kehadirannya di tengah-tengah pergaulan harus senantiasa memberikan manfaat. Di sini sifat tabligh yang dicontohkan Rasulullah yaitu menyampaikan kebenaran melalui keteladanan.

Untuk memberikan keteladanan tentu harus mempunyai ketrampilan dan kompetensi atau kemampuan. Hendaknya proses pembelajaran membentuk kompetensi agar siswa mempunyai kemampuan untuk memberi manfaat kepada orang lain. Setelah mampu memberi keteladanan yang baik dan memiliki kompetensi yang bagus maka moral acting akan mudah muncul.

  1. Penerapan Pendidikan Karakter dalam Kurikulum di Sekolah

Konteks pendidikan karakter dalam makalah ini adalah konteks mikro, berpusat pada satuan pendidikan secara holistik. Satuan pendidikan merupakan sektor utama yang secara optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus-menerus proses pendidikan karakter di satuan pendidikan. Pendidikanlah yang akan melakukan upaya sungguh-sungguh dan senantiasa menjadi garda depan dalam upaya pembentukan karakter manusia Indonesia yang sesungguhnya. Pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan; kegiatan ko-kurikuler atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.

Menurut konsep rancangan pemerintah yang terdapat dalam Policy Brief terbitan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional juga dalam materi rancangan oleh pusat kurikulum kementerian pendidikan nasional, program pendidikan karakter pada konteks mikro dapat digambarkan sebagai berikut:

Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Lingkungan satuan pendidikan perlu dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosial-kultural satuan pendidikan memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian di satuan pendidikan yang mencerminkan perwujudan karakter yang dituju. Dalam kegiatan ko-kurikuler (kegiatan belajar di luar kelas yang terkait langsung pada materi suatu mata pelajaran) atau kegiatan ekstra kurikuler (kegiatan satuan pendidikan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata pelajaran, seperti kegiatan Kepramukaan, Palang Merah Remaja, Pecinta Alam, dan sebagainya) perlu dikembangkan proses pembiasaan dan penguatan dalam rangka pengembangan karakter.

Di lingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua atau wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap perilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di satuan pendidikan sehingga menjadi kegiatan keseharian di rumah dan di lingkungan masyarakat masing-masing. 

Dengan memiliki karakter-karakter mulia terutama karakter persatuan, cinta kasih, menghargai perbedaan, dan lainnya itu akan meminimalisir terjadinya konflik agama, truth claim, merasa dirinya atau agamanya paling benar, atau lainnya.

  1. Hakekat Pendidikan Karakter di PKBM

 

  1. Pendidikan Agama dalam Sisdiknas

Pendidikan Agama juga menempati posisi strategis karena spiritnya telah tercantum secara tegas di dalam rumusan sila pertama Pancasila. Di dalam berbagai nomenklatur perundangan di Indonesia Pendidikan Agama menempati posisi yang sangat urgen dan mulia, yakni menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia (UUD 1945 pasal 31, ayat 3). 

Pendidikan Agama merupakan pengejawantahan dari UUD 1945 bab XIII (Pendidikan dan Kebudayaan) pasal 31 ayat 3: pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Pada ayat 5, juga dinyatakan bahwa pemerintah memajukan iptek dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

 

Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dalam UU Sisdiknas tentang dasar, fungsi dan tujuan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan karakter dalam kurikulum 2013, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memaksimalkan fungsi mata pelajaran agama. Pendidikan agama, dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang memiliki beban lebih besar untuk mendidik karakter siswa. Karena posisinya yang merupakan simbol kemuliaan, pendidikan agama harus bisa menanamkan karakter-karakter kemuliaan kepada siswa. Selain itu, tujuan pendidikan agama sama dengan tujuan pendidikan karakter yang digagas oleh pemerintah. Karena pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya.

Pendapat lain mengatakan, pendidikan agama menjadi core pendidikan karakter. Pendidikan agama seharusnya mengambil peran lebih besar dalarn pendidikan karakter, karena pada hakekatnya pendidikan agarna itu adalah pendidikan karakter, katakanlah bahwa ia corenya pendidikan karakter yang seharusnya mewamai proses pendidikan secara menyeluruh. Namun kenyataannya seperti uraian di atas, peran pendidikan agama gagal mengawal pendidikan karakter yang seharusnya menjadi peran intinya. Oleh karena itulah maka terlihat sumber masalahnya yaitu feberadaan guru agarna yang kurang efektif dalam pendidikan karakter.

Guru Pendidikan Agama harus menjadi model dalam pendidikan karakter. Guru Pendidikan Agama harus  rnenjadi uswatun hasanah sebagai bentuk pengamalan ajaran akhlaqul-karimah. Dengan suri tauladan yang baik, anak didik akan menirunya dengan baik pula. Secara psikologis, dalam diri manusia ada sifat imitasi qudwah). Bila perilakunya baik, maka imitasinyapun baik, begitu sebaliknya. Dengan demikian, guru agama merasa terikat secala moral dengan anak didiknya. Guru agama yang demikian menepati komitmen moralnya terhadap fungsi-fungsi keagamaan yang harus diemban olehnya. Pada akhimya, semuanya akan kembali pada dirinya juga.

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
MANAJEMEN MUTU DARI PARA AHLI

Mutu W. Edwards Deming Masalah mutu terletak pada masalah manajemen. Pendekatan mencegah lebih baik daripada mengobati, merupakan kontribusi unik dalam memahami bagaimana cara menjamin

01/03/2025 23:46 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 5 kali
PENDIDIKAN MUTU DI PKBM

Kebudayaan merupakan cermin cara berpikir dan cara bekerja manusia. Oleh karena itu, kebudayaan adalah bentuk yang sesungguhnya dari perilaku makhluk Tuhan. Bukan hanya manusia yang ber

01/03/2025 23:31 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 5 kali
RENUNGAN RAMADLAN

  “Dan hendaklah kamu sebut Dia sebagaimana Dia pimpin kamu. (Surah Baqaraah, ayat 198). Ini bermakna Pencipta kamu telah membawa kamu ke peringkat kesedaran dan keyakinan y

01/03/2025 22:38 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 7 kali
RENUNGAN RAMADLAN

“Mereka tidak akan merasa padanya kematian, hanya kematian pertama, dan Dia pelihara mereka daripada azab jahanam”. (Surah Dukhaan, ayat 56). Nabi s.a.w menceritakan bahawa

01/03/2025 22:36 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 6 kali
MUTIARA RAMADLAN

“(Ingatlah) tatkala orang-orang kafir itu adakan dalam hati mereka kesombongan (iaitu) kesombongan jahiliah. Lalu Allah turunkan ketenteraman atas rasul-Nya dan atas mukmin. Dan D

01/03/2025 22:32 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 5 kali
MUTIARA RAMADLAN

“(Ingatlah) tatkala orang-orang kafir itu adakan dalam hati mereka kesombongan (iaitu) kesombongan jahiliah. Lalu Allah turunkan ketenteraman atas rasul-Nya dan atas mukmin. Dan D

01/03/2025 22:32 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 5 kali
PROGRAM PENDIDIKAN PAKET A, PAKET B DAN PAKET C

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis bagi penyiapan generasi penerus suatu bangsa. Oleh karena itu setiap negara memberikan prioritas yang tinggi terhadap pendi

11/02/2025 01:26 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 23 kali
PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT DAN FUNGSI DI DALAMNYA

Jika Homeschooling cenderung lebih mudah kita temukan di kota-kota besar saja, sebaliknya penyelenggaraan sekolah PKBM hampir merata di seluruh wilayah Indonesia, bahkan di daerah-daera

11/02/2025 01:23 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 20 kali
TUJUAN PUSAT KEGIATAN MASYARAKAT

Selain pengertian PKBM, masih banyak lagi yang penting kita ketahui mengenai program pembelajaran non formal ini, termasuk apa tujuannya. Dengan mengetahui apa tujuan dari penyelenggara

11/02/2025 01:20 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 16 kali
HOMESCHOOLING

Keingintahuan masyarakat tentu tak hanya sampai pada pengertian PKBM semata. Sejumlah orang masih rancu membedakan antara homeschooling (HS) dengan sekolah PKBM. Apakah keduanya sama at

11/02/2025 01:18 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 23 kali